SOLOPOS.COM - Jumadi Salah seorang petani bawang merah asal Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan saat memeriksa tanaman bawang merah di lahannya, Selasa (11/6/2024).(Solopos.com/Yoga Adhitama)

Solopos.com, MAGETAN – Naiknya harga komoditas bawang merah di pasaran nampaknya tak serta merta membuat para petani sejahtera. Pasalnya, seratusan hektare yang ditanami bawang merah di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terancam gagal panen.

Jumadi, seorang petani bawang merah asal Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, mengatakan tanaman bawang merahnya yang baru berusia satu bulan layu, mengering, dan mati diserang hama gurem. Tanaman yang terserang hama gurem tidak akan selamat. Bawang merah akan tumbuh kerdil, tidak menghasilkan umbi, dan daunnya akan layu, mengering, lalu mati.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Musim panen kali ini merugi banyak mas. Bawang merahnya diserang hama gurem, tumbuhan jadi kerdil lama kelamaan layu dan mati,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (11/12/2024).

Ancaman merugi itu tidak hanya dialami oleh Jumadi, namun kondisi yang sama juga dirasakan oleh para petani bawang merah di empat desa di Kecamatan Plaosan. Yakni Desa Sidomukti, Desa Sumber Agung, Desa Buluharjo dan Desa Bulugunung. Di Desa Sidomukti sendiri, sekitar 125 hektare yang ditanami bawang merah mengalami kondisi serupa.

Dari satu petak lahan bawang merah, petani biasanya bisa memanen hingga tiga ton. Namun, saat diserang hama ini petani hanya memanen kurang lebih dua kwintal per petak lahan.

“Kalau kerugiannya parah mas, balik modal saja sudah bersyukur. Kalau dikalkulasi seluruh petani yang terdampak ya bisa miliaran [Rupiah],” ungkapnya.

Jumadi mengatakan harga bawang merah saat ini sampai Rp22.000 per kilogram di tingkat petani, bawang yang rusak hanya laku dijual Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilogram. Namun, dengan hasil panen tersebut ditaksir tidak mampu menutup biaya tanamnya.

“Estimasi biaya mulai dari pengolahan hingga panen untuk satu hektare tanaman bawang merah adalah Rp80 juta hingga Rp100 juta. Tinggal menghitung saja berapa besar kerugian yang harus kami alami,” katanya.

Para petani juga telah melakukan berbagai upaya pemberantasan, termasuk dengan penyemprotan dengan berbagai merek pestisida. Namun, upaya tersebut terkesan sia-sia pasalnya hama tersebut tergolong baru dan para petani belum menemukan formula untuk membasmi wabah tersebut.

“Ini jenis hama baru, jadi sulit diobati dengan pestisida apa saja. Hama ini kebal, dan ia bersembunyi di dalam tanah pada siang hari, keluar menyerang daun bawang saat sore atau malam,” tandasnya.

Para petani hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah dapat segera turun tangan membantu para petani bawang merah yang terdampak penyakit ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya